Mereka,
................ dan .............. yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui
ta’aruf yang singkat dan hikmat, perkenalan melalui kegiatan BOMB itupun
dilanjutkannya menuju proses khitbah ke rumah sang akhwat berada. Sang ikhwan,
sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang akhwat.Dan ini, tantangan
yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di
kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang akhwat, tentu
saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.
Maka, di suatu
pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang ................ muda
menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang .................,
dari sisinya.
Camer: “Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?”
Cowok: “Iya, Pak,”
Camer: “Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ”
Cowok: “Ya Pak, sangat mengenalnya, ” (dengan percaya
diri)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah
memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang
diawali dengan model seperti itu!”
Cowok: “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal
sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing
dalam karung’ kan, aku tak mau, kau akan gampang menceraikannya karena kau tak
mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” (balasnya dengan nada
yang keras).
Ini situasi
yang sulit. ................. mencoba membantu sang lelaki muda.
Cewek: “Ayah.. dia dulu aktivis lho.” (dengan berbisik
kepada ayahnya)
Camer: “Kamu dulu aktivis ya?”
Cowok: “Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi
demonstrasi cicak buaya, dan skandal century di kampus,” (dengan percaya diri)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi
kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu
untuk mendemo rumahku ini kan?”
Cowok: “Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga
cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur
temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”
Cewek: “Ayah, dia pinter lho.” (berbisik kepada
ayahnya lagi)
Camer: “Kamu lulusan mana?”
Cowok: “Saya lulusan Sastra UNEJ Pak. UNEJ itu salah
satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”(dengan percaya diri)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya
yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?”(dengan nada yang
tinggi)
Cowok: “Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak
pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IP nya juga cuma dua koma
Pak.”
Camer: “Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu
gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”(dengan nada menghina)
Cewek: “Ayah dia sudah bekerja lho..”(berbisik lagi)
Camer: “Jadi kamu sudah bekerja?”
Cowok: “Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing.
Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”(percaya diri lagi)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan
jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.”
Cowok : “Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong
produknya saja nggak terlalu laku.”
Camer: “Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih
makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”
Cewek: “Ayah,
yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”(berbisik lagi)
Camer: “Rencananya maharmu apa?”
Cowok: “Seperangkat alat shalat Pak.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak.
Maaf.”
Cowok: “Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan
uang limapuluh juta Pak.”(mencoba meyakinkan)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre,
dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan
caraku.”
Cewek: “Dia jago IT lho Yah..”(berbisik lagi)
Camer: “Kamu bisa apa itu, internet?”
Cowok: “Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir
setiap hari lho Pak saya nge-net.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net
thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di
dunia nyata.”
Cowok: “Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok
Pak.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti
Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”
Cewek: “Tapi Ayah…”(berbisik lagi)
Camer: “Kamu kesini tadi naik apa?”
Cowok: “Mobil Pak.”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau
kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan
makin naik.”
Cowok: “Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak.
Saya nggak bisa nyetir”
Camer: “Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta
diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”
Cewek: “Ayah..”(dengan nada memelas)
Camer: “Kamu merasa ganteng ya?”
Cowok: “Nggak Pak. Biasa saja kok”(percaya diri)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu
sebelum melamar anakku yang cantik ini.”
Cowok: “Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula
yang naksir kok Pak.”(percaya diri)
Camer: “Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy.
Nanti kamu bakal selingkuh!”(menghina)
Cewek: “Ayah.. tak bisakah engkau tanyakan soal
agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”(nada memelas dan mata
berkaca-kaca)
Sang ayah
menatap wajah sang anak, dan berganti menatap .......... yang sudah menyerah
pasrah.
Camer: “Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al
Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah
putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga.
Cowok: “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz
ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in
yang terpendek pula.”(dengan nada menyerah)
Camer: “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau
lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih dalam
tahap tahsin.”(dengan tersenyum)
Mata sang muda
ikut berkaca-kaca. Dia lalu mencium tangan sang Camer tersebut sampai 10 kali.
Dan akhirnya
mereka pun menikah. Mereka hidup bahagia sampai akhir hayat mereka berdua.
SELESAI......!!!!!!

0 Responses to "Lamaranmu Kutolak 15 Kali dan Kuterima 1 Kali"
Posting Komentar